Syukur

Kamis, 08 Oktober 2009

Oleh : Yahya Muhaimin

Syukur adalah bentuk terima kasih kita atas segala pemberian yang telah kita nikmati. Dalam bersyukur, seorang hamba harus memahami nikmat yang ia syukuri. Tanpa memahaminya kita tidak akan bisa bersyukur dengan tulus dan ikhlas. Dan untuk memahami, amat terkait dengan kadar keimanan yang masing- masing kita miliki.
Dikisahkan pada suatu hari, seorang alim kedatangan seorang fakir yang mengeluhkan kefakirannya. Orang alim itupun bertanya : “Senangkah anda andaikata anda buta tetapi di beri uang satu juta?”. Orang msikin itu menjawab: “Tidak”. Si Alim bertanya lagi : “Senangkah anda diberi uang satu juta, sedangkan anda bisu?”. Dia menjawab : “Tentu tidak”. “Senangkah anda jika anda diberi uang satu juta, tapi kaki anda dipotong”. “Tidak juga” Jawab Si fakir lagi. “Kemudian senangkah hati anda jika anda diberi uang satu juta sedangkan anda menjadi gila” Tanya Si Alim untuk kesekian kali. “Tentu saja tidak tuan” . Untuk kelima kalinya si Alim kembali mengajukan sebuah pertanyaan : “Senangkah anda jika anda diberi uang satu juta, sedangkan anda diberi penyakit yang tidak kunjung sembuh,” Sekali lagi Si Fakir menjawab : “Tentu tidak tuan”. Orang Alim itu melanjutkan: “ Oleh karena itu tidakkah anda malu mengadukan kefakiran anda, sedangkan anda memiliki harta lebih dari lima juta?”.
Mensyukuri nikmat Allah memang bukan perkara yang mudah. Nyatanya, manusia hanya dapat meleburkan diri dalam hakikat syukur hanya beberapa saat setelah menrima nikmat yang di anugerahkan-Nya. Ketika misalnya, seseorang menerima gaji bulanan, maka ucapan syukur hanya dapat memenuhi saat uang tersebut masih berada dalam jumlah banyak. Tapi saat uang gajinya sudah berangsur habis digunakan untuk beraham kebutuhan, tidak hanya syukur yang hilang melainkan muncullah rasa kegundahan hati atau malah ketidak puasan terhadap rezeki yang telah dianugerahkan Allah.
Maka inilah yang sering tidak disadari oleh masnusia. Betapa berlimpahnya rezeki yang telah diberikan Allah, tapi betapa sedikit ungkapan syukur yang di anugerahkan kepada-Nya. Dilain sisi, manusia banyak yang hanya mensyukuri nikmat yang berupa harta benda saja, sedang nimat-nikmat lainnya mereka lupakan.
Sebenarnya, melatih diri agar membiasakan menerima segala sesuatu yang diberikan kepada kita (Qana’ah) adalah salah satu cara efektif untuk terus memacu tingkat rasa syukur kita.Allah telah telah memberikan sarana pelatihan bagi kita untuk melatih rasa syukur ini. Lihatlah bentuk kehidupan. Semuanya berpasangan. Semuanya memberi nilai manfaat bagi kehidupan makhluk-Nya. Inilah karunia Allah yang harus kita lihat secara benar dan terbuka, dengan mengikuti tuntunan yang ada dalam Al Qur’an dan Sunnah. Jangan terjebak dalam salah paham mengenai nikmat ini.
Dalam Al Qur’an, terdapat satu ayat yang berisi permohonan agar manusia diberikan kemudahan bersyukur kepada Allah SWT. Do’a yang dimaksud adalah do’a yang diuacpkan Nabi Sulaiman AS saat ia dan balatentaranya melewati kawanan semut yang takut terinjak oleh tentara Nabi Sulaiman.
Lihatlah bagaimana seorang Nabi Sulaiman, yang mempunyai tingkat keimanan di atas rata-rata manusia ternyata masih merasa kesulitan dalam mensyukuri nikmat Allah SWT sehingga ia memohon pertolongan Allah untuk selalu bersyukur kepadanya lewat do’a yang berbunyi: “ Wahai tuhank bagaimana aku mensyukuri-Mu, padahal kesyukuran adalah Nimatmu yang juga mebutuhkan syukur dariku”
Menurut Al-Bqa’i, sebagaimana dikutip Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Kata Anugerahilah merupakan sebuah do’a yang berarti dorongan untuk bersyukur sekaligus mencegah dari segala yang bertentangan dengan kesyukuran tersebut., yang mengikat hingga tidak terlepas atau luput dari diri beliau sesaatpun. Kata tersebut juaga dapat diartikan “Membutuhkan, senang, serta tetarik” sehingga pengalan ayat tersebut dapat ditafsirkan “Jadikanlah aku mebutuhkan rasa Syukur, serta tertarik melakukannya”
Secara harfiyah syukur diartikan sebagai sebuah pujian atas kebaikan dan terpenuhinya sesuatu. Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa kalimat “Alhamdulillah” menempati tingkatan tertinggi bila dibandingkan dengan kalimat tahlil yaitu “Laa Ilaaha Illallah” dan tasbih “Subhanallah”. Keutamaan kalimat tahmid ini karena kalimat ini tidak hanya makna pengkudusan terhadap Allah SWT tetapi juga memeliki makna pentauhidan dan di dalamnya berkumpul kemampuan bekerja yang sempurna.
Syukur yang kita kembangkan dalam diri kita akan memberi pemahaman pada kita bahwa tak ada sesuatu yang abadi. Semua bergantung pada kehendak allah SWT. Apapun yang Dia kehendaki, tak ada satupun yang kuasa tuk menghalanginya. Segala kesulitan yang sekarang menimpa diri kita, Insya Allah dengan keimanan serta kesabaran akan berganti menjadi nikmat. Rasa syukur inilah yang menjadikan kita tidak perlu merasa khawatir dengan apa yang menimpa diri kita. Sebab, pad ahakikatnya semua itu hanya pemberian Allah yang dapat dicabut atau ditambah sesuai kehendak-Nya.
Janji Allah benar adanya dan karunianya telah terbukti. Kalau manusia masih saja tidak mau bersyukur dengan apa yang telah ia terima, oantaslah ia dianggap sebagai orang sesat dan tertutup pintu hatinya. Mereka tidak akan pernah bisa memanfaatkan karunia yang telah diberikan untuk memajukan diri. Bagi mereka yang selalu tampak hanyalah kekurangan, ketidak puasan atau bahkan hujatan.
Dalam kenyataan, seringkali syukur lebih mudah dinyatakan namun sulit dibuktikan. Tak ada salahnya, terus mencoba. (Penulis Adalah Siswa MAS. Darul Ulum Sungai Raya)

0 komentar:

Posting Komentar